• Jelajahi

    Copyright © tanahdeli
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan


     

    Advertisement

    Bahan Baku Langka, Kopi Takar Tradisional Madina Terancam Punah

    20 Maret 2023, Maret 20, 2023 WIB Last Updated 2023-03-20T12:55:09Z

    TDC-Siapa yang tak kenal dengan Kopi Takar, minuman tradisional khas Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara yang menjadi primadona pelancong dari berbagai daerah di Indonesia  maupun mancanegara.



    Bahkan sejak zaman kolonial Belanda, daerah ini salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia, sehingga minuman kopi didaerah tersebut, sudah kental dengan adat budaya warga sekitar .


    Dengan berkembangnya zaman, banyak warga sekitar yang menyambung hidup dan menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi pedagang kopi takar, rumahan dan usaha Jalanan.


    Namun mirisnya kopi ini seperti tidak menjadi perhatian khusus pemerintah daerah, pasalnya para pedagang mengeluhkan semakin hari semakin sulit bahan baku untuk menyajikan kopi takar ini, seperti cangkir yang terbuat  Tempurung kelapa, sehingga para pedagang terpaksa harus ekspor tempurung kelapa tersebut dari Kota Yogyakarta.


    Padahal wilayah Tapanuli Selatan ataupun Sumatera Utara sangat banyak penghasil kelapa maupun tempurung kelapa, namun abainya pemerintah daerah terhadap kopi takar ini membuat kopi takar di ujung kepunahan karena semakin langkahnya bahan baku.


    Buruknya lagi pemerintah daerah kanupaten Mandailing Natal  ternyata  pernah mendapat penghargaan Muri dari Kopi Takar ini pada tanggal 7 Maret 2017 silam, tepatnya 6 tahun lalu pernah mencetak  rekor Muri, dengan minum kopi takar  menggunakan tempurung yang diadakan di Taman Raja Batu komplek Perkantoran Bupati Madina, Sumatera Utara.


    Kini pemerintah daerah seperti mengabaikan hal yang berpotensi menjadi daya tarik jual yang tinggi pagi pelaku UMKM di wilayah sekitar .


    M Farhan Muis Nasution, kader muda Partai NASDEM saat mencicipi kopi tradisional di Rumah makan pondok Paranginan, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Madina, Sumatera Utara mengatakan, harusnya ini bisa menjadi atensi pemerintah daerah untuk membuat ataupun inisiatif memproduksi bahan tersebut agar bisa menjadi pemasok didalam maupun luar kota, jika pemerintah mampu memproduksi bahan tersebut banyak penyerap tenaga kerja sekaligus membatu UMKM daerah menjadi lebih maju.


    “Kalau dihitung sekitar ada 7000 warung, kafe maupun rumah makan di Tabagsel yang menjual kopi takar. Kopi takar ini istimewa, tapi produksi cangkir kelapa tidak ada. Itukan harusnya menjadi peluang yang luar biasa,” katanya pada hari Senin, 20 Maret 2023.


    Kalau dihitung secara rinci tiap bulannya kita butuh ratusan ribu cangkir untuk cangkir tempurung kelapa di Sumut, sehingga jika diproduksi sendiri kita malah untung besar sekaligus mengurangi pengangguran.


    "Madina saja butuh ratusan ribu cangkir batok, design dengan khas Mandailing. Jika dimanfaatkan seluruh wilayah Sumatera Utara dalam sebulan butuh jutaan cangkir batok kelapa,” jelasnya.


    Jika ini terus dibiarkan oleh pemerintah daerah, Kopi Takar ini berpotensi di ujung kepunahan dan akan  menjadi cerita sejarah bagi warga Mandailing maupun Indonesia.


    Sementara, Hj Choriah Nasution atau yang dikenal Bou Butet Lopo salah seorang pedagang Kopi Takar di warung Rumah makan pondok Paranginan, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Madina, Sumatera Utara menyambut hangat kedatangan rombongan kader muda partai NasDem tersebut, selain rasa yang enak harga dilokasi tersebut terjangkau.***

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini